Teknik AWD dalam Padi Organik: Hemat Air, Hemat Biaya, Panen Melimpah
Apa Itu Teknik AWD (Alternate Wetting
and Drying)?
1. Definisi teknik AWD
Mediapetani.com - AWD adalah teknik irigasi irigasi selang-seling: sawah digenangi lalu
dibiarkan kering beberapa hari tanpa merusak tanaman, lalu digenangi lagi. Ini
memang berbeda dengan sistem genangan permanen yang umum dilakukan petani padi,
tapi efektivitasnya terbukti tinggi.
2. Prinsip dasar pengairan berselang
AWD memanfaatkan prinsip aerasi tanah: tanah digiring antara keterjenuhan
dan kekeringan dangkal (sekitar 15 cm di bawah permukaan) agar oksigen masuk ke
dalam tanah, mendukung akar lebih sehat dan pertumbuhan lebih optimal.
3. Perbedaan dengan sistem irigasi konvensional
Berbeda dari sistem genangan (flooded), AWD tidak memerlukan genangan terus-menerus. Dengan menerapkan pengeringan singkat, kebutuhan air bisa ditekan drastis tanpa mengurangi hasil panen, bahkan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap rebah (Wikipedia, ScienceDirect).
Mengapa AWD Cocok untuk Padi Organik?
1. Mengurangi konsumsi air hingga 30–70%
Berbagai penelitian menyebut AWD bisa menghemat air hingga 25–70%
dibanding sistem genangan terus-menerus. Ini jelas sangat relevan dengan
tren lahan irigasi terbatas dan kebutuhan efisiensi di padi organik.
2. Meningkatkan efisiensi pupuk organik
Pada sawah organik, penggunaan pupuk seperti kompos dan POC menjadi lebih
efektif karena aerasi dan pengeringan berkala memungkinkan akar menyerap
nutrisi lebih optimal.
3. Menurunkan emisi gas rumah kaca
AWD menekan emisi metana (CH₄) hingga 50–85% karena tanah tidak selalu
anaerobik. Pengeringan merestimulasi metanotrof, bakteri pengurai metana, yang
lebih ramah lingkungan.
4. Menekan biaya produksi petani kecil
Lebih hemat air berarti lebih sedikit biaya pompa dan tenaga kerja. Contoh penelitian di Wajo, Sulsel, mencatat produktivitas padi mencapai 8,3 t/ha dengan keuntungan Rp16,1 juta—lebih tinggi dari metode tradisional.
Cara Menerapkan Teknik AWD pada Lahan Padi
1. Persiapan lahan dan saluran irigasi
Pastikan saluran air bisa dikontrol, dengan pintu atau aliran air yang
bisa dibuka/tutup sesuai kebutuhan pengeringan.
2. Pemasangan pipa AWD untuk monitoring air
Gunakan pipa PVC (15–30 cm, dengan lubang) sebagai penunjuk tinggi air di
bawah layar permukaan tanah. Ini membantu menentukan kapan lahan
sudah cukup kering untuk diairi lagi.
3. Jadwal pengairan: kapan diairi, kapan dikeringkan
Setelah matang 14–21 hari, genangi sawah selama 1–2 hari, lalu biarkan
kering hingga pipa menunjukkan -15 cm, lalu genangi kembali setinggi 3–5 cm.
4. Tanda-tanda tanah siap diairi kembali
Tanah retak di permukaan, atau bagian bawah pipa tampak kering (–15 cm),
menandakan saatnya menambah air kembali.
5. Kombinasi AWD dengan pemupukan organik
Gabungkan dengan aplikasi POC dan kompos selama fase vegetatif dan generatif untuk hasil optimal.
Kelebihan dan Tantangan AWD di Padi Organik
1. Hemat air dan tenaga kerja
Lebih sedikit penggenangan = lebih hemat air, pompa, dan persiapan lahan
panen.
2. Akar lebih kuat & tahan rebah
Aerasi berkala merangsang pertumbuhan akar tangguh dan batang lebih kuat.
3. Tantangan di lahan terbatas irigasi
Kami temukan bahwa tanpa pemantau air seperti pipa AWD, implementasi bisa
sulit – butuh pelatihan dan koordinasi antar petani.
4. Butuh disiplin monitoring irigasi
AWD butuh konsistensi; petani harus rutin memantau tinggi air—alternatif bisa dengan monitoring manual atau pipa.
Studi Kasus dan Hasil Penelitian AWD
1. Riset IRRI
AWD mengurangi air irigasi 25–70%, emisi GHG hingga 95%, tanpa menurunkan
hasil panen—bahkan bisa naik 10–20% tergantung kondisi.
2. Penerapan di Asia
Di Filipina, Vietnam, dan Bangladesh, AWD menunjukkan efisiensi air lebih
baik, akar kuat, dan pertumbuhan padi lebih sehat. IRRI dan pemerintah lokal
bahkan menyelenggarakan pelatihan AWD secara berkala.
3. Studi di Indonesia (Wajo, Sulsel)
Petani yang menerapkan AWD berhasil panen 8,3 ton/ha dengan profit Rp16,1 juta, lebih tinggi dari metode genangan..
Tips Sukses Menerapkan AWD untuk Petani Organik
1. Pilih pipa AWD dengan ukuran sesuai lahan
Biasanya pipa PVC pralon Ø10–15 cm, panjang 30 cm cukup untuk mengukur
muka air.
2. Kombinasikan dengan pupuk organik
Misalnya, kocor POC 1:20 setiap 10 hari sekali, di sela periode kering
AWD.
3. Terapkan interval pengairan konsisten
Jangan biarkan sawah terlalu lama kering atau terlalu lama
tergenang—istirahatkan siklus sekitar 5 hari.
4. Catat hasil panen & konsumsi air
Gunakan catatan sederhana untuk mengevaluasi efektivitas teknik dan menambah learned behavior.
Kesimpulan
Teknik AWD adalah strategi irigasi pintar yang sangat sesuai untuk padi
organik. Dengan pengairan berselang, petani bisa menghemat air (25–70%),
memangkas biaya, memperkuat akar padi, dan menurunkan emisi metana hingga 85%.
Studi menunjukkan hasil panen tetap stabil atau meningkat serta profit lebih
tinggi.
Bagi petani organik, ini adalah momentum untuk menerapkan metode ramah lingkungan yang hemat air dan hasil panen tetap maksimal.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Apa itu teknik AWD dalam padi organik?
Teknik AWD (Alternate Wetting and Drying) adalah metode pengairan sawah secara
bergantian basah-kering yang terbukti mampu menghemat air 25–50% tanpa
mengurangi hasil panen padi organik.
2. Bagaimana cara memasang pipa AWD di sawah?
Pipa PVC sepanjang 30 cm dilubangi di bagian bawah, lalu ditanam secara
vertikal di petakan sawah. Bagian yang berlubang diletakkan di bawah permukaan
tanah. Pipa ini berfungsi untuk memantau tinggi muka air.
3. Berapa interval pengairan dengan teknik AWD?
Pengairan dilakukan kembali ketika ketinggian air di sawah surut sekitar 15 cm
di bawah permukaan tanah. Interval umumnya setiap 5–7 hari, tergantung kondisi
sawah dan iklim setempat.
4. Apakah teknik AWD cocok untuk semua jenis padi?
Ya, teknik AWD dapat diterapkan baik pada padi organik maupun padi
konvensional. Namun, pada lahan tadah hujan perlu penyesuaian agar tanaman
tetap mendapat suplai air yang cukup.
Cara Penerapan Teknik AWD (Alternate Wetting and Drying) pada Padi Organik
Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan petani:
Langkah 1: Potong Pipa PVC
Siapkan pipa PVC dengan panjang ±30 cm. Lubangi bagian bawah sepanjang 15 cm
dengan bor atau paku panas. Lubang ini akan berfungsi sebagai jalur
keluar-masuk air.
Langkah 2: Tanam Pipa di Sawah
Tancapkan pipa secara vertikal di petakan sawah, dengan posisi bagian berlubang
berada di bawah tanah. Biarkan sekitar 15 cm pipa terlihat di atas permukaan
tanah.
Langkah 3: Pantau Ketinggian Air
Gunakan pipa tersebut untuk memantau ketinggian air. Biarkan air surut hingga
15 cm di bawah permukaan tanah sebelum menyalakan irigasi kembali.
Langkah 4: Ulangi Siklus AWD
Teruskan pola basah-kering ini sepanjang musim tanam. Dengan cara ini, petani
dapat menghemat air hingga 30% tanpa mengurangi hasil panen, bahkan sering kali
kualitas gabah lebih baik.